Senin, 03 Agustus 2009

Syekh Siti Jenar Menyatu dengan Dzat (Ajal) 22

Syekh Siti Jenar Menyatu dengan Dzat (Ajal) 22

Oleh Herdi Pamungkas

“Karena tujuan pendekatan mereka untuk meraih dan memohon kebaikan lahiryah saja.” terang Syekh Siti Jenar. “Ketika merasa sudah terkabul keinginannya, kemudian melupakan Allah.”

“Bukankah tidak semua orang seperti itu, Syekh?” tanya Kebo Kenongo.

“Tidak, hanya hitungannya lebih banyak.” Syekh Siti Jenar melipat jari jemarinya. “Sangat sedikit orang yang punya kecenderungan untuk mengikat keakraban dengan Sang Pencipta. Padahal tahap terkabulnya permohonan mereka bukan karena akrab, tapi dalam Supaya mendekat dan kemahamurahannya saja. Jika seandainya mereka sudah merasa akrab dan berada dalam keakraban tidak mungkin melepas ikatannya semudah itu.” urainya.

“Jika sudah akrab saya kira tidak mungkin orang untuk menjauh. Karena untuk mengakrabi perlu upaya mendekatan yang memerlukan waktu tidak sebentar.” Kebo Kenongo mengangguk-anggukan kepala.

“Ya, maka tahap akrab dengan Allah itulah ketika orang dalam keadaan ma’rifat. Ketika kita tidak memiliki lagi garis pemisah untuk saling bertemu. Kapan pun, dimanapun, tidak ada lagi sekat-sekat dan ruang kosong sebagai jeda untuk mengakrabinya.” Syekh Siti Jenar menghela napas dalam-dalam.

“Ya, ya, benar, Syekh.” Kebo Kenongo berkali-kali mengangguk-anggukan kepalanya.

“Nah, pada tahap akrab itulah kita meminta apa pun tidak mungkin tertolak. Mana ada keakraban tanpa adanya keterikatan kasih sayang?” Syekh Siti Jenar perlahan melangkah lagi.

“Tentu, Syekh. Saya sangat paham.” Kebo Kenongo terkagum-kagum dengan uraian Syekh Siti Jenar.

“Keakraban dengan Allah tidak mudah. Namun ketika kita sudah berada dalam lingkarnya tidak mudah pula untuk melepas.” Syekh Siti Jenar berdiri mematung di bawah pohon kenanga.

“Benar, meski saya pun dengan susah payah mendekat untuk meangkrabinya belum juga sampai. Karena upaya saya bukan hanya untuk mendekat dan mengajukan berbagai permohonan. Namun ingin mengakrabinya.” ujar Kebo Kenongo. “Jika dalam keadaan sangat akrab bukankah tidak memohon pun akan diberinya?”

“Ya,” ujar Syekh Siti Jenar. “Berjuanglah dan bergeraklah ke arah sana. Jika sudah tercapai, keinginan lahiryah pun secara perlahan tidak lagi menjadi persoalan yang sangat istimewa. Itu semua dirasakan hanyalah sebagai pelengkap lahiryah saja. Sebagai syarat hidup.”

Bersambung………..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar