Senin, 03 Agustus 2009

Syekh Siti Jenar Menyatu dengan Dzat (Ajal) 89

Syekh Siti Jenar Menyatu dengan Dzat (Ajal) 89

“Lantas?” Kebo Benowo menggeleng. “Ide apa kali ini yang bersemayam di benak andika, Dento?”
“Doktrin!”
“Maksudnya?” dahi Kebo Benowo mengkerut.
“Bukankah siasat ini berhasil?” sungging Joyo Dento. ”Keadaan rakyat Demak Bintoro terpengaruh dan kacau…”
“Ajaran hidup untuk mati itukah?”
“Itulah!”
“Bukankah mereka sudah menganggap mati itu indah? Mana mungkin mereka menginkan kedudukan dan memiliki niat bergabung dengan kita?”
“Hahahaha…Ki Benowo! Jangan khawatir, bukankah orang-orang yang akan kita pengaruhi tidak lain hanyalah masyarakat miskin dan bodoh?”
“Benar,”
“Mudah.”


***

“Syekh Siti Jenar yang memiliki ilmu sihir itu ternyata teramat mudah untuk saya seret ke hadapan Gusti Sultan.” tawa renyah Pangeran Modang mengurai gemerisiknya dedaunan tertiup angin.

“Dimas, Modang!” kerut Pangeran Bayat. “Tidak mungkin ini terjadi teramat mudah?” matanya tidak beranjak dari wujud Syekh Siti Jenar yang terikat dan disered-sered Pangeran Modang.

“Tentu saja, Kakang. Mungkin ilmu sihirnya pada hilang gara-gara 
berhadapan dengan Kanjeng Sunan Kalijaga yang memiliki ilmu tinggi.”

“Bukankah tempo hari juga yang menghadapi Kanjeng Sunan Kudus?”

“Entahlah…bukankah ketika berhadapan dengan Kanjeng Sunan Kudus masih sempat menghilang dengan sihirnya ketika akan ditangkap?”

“Benar juga?”

“Kenapa andika malah berdebat?” lirik Syekh Siti Jenar. “Bukankah tujuan andika berdua menangkap saya. Setelah diberi kemudahan malah diperdebatkan. Bawalah saya dan hadapkanlah pada Gustimu!”

“Andika menantang!” geram Pangeran Modang.

Bersabung…………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar