Syekh Siti Jenar Menyatu dengan Dzat (Ajal) 60
Juni 26, 2008 oleh herdipamungkasred
“Itulah yang terjadi di Kademangan Bintoro, Gusti Pangeran.” Demang Bintoro menganggukan kepala, “Pantas mereka mempengaruhi rakyat kademangan dengan ajaran yang menyesatkan, hingga pada suatu malam terjadi penyerbuan. Namun yang paling aneh, ketika salah satu diantara mereka tertangkap, membenturkan kepalanya pada batu hingga tewas.”
“Itulah yang mereka anggap jihad!” ujar Pangeran Bayat, “Tentu saja mereka akan memilih mati ketimbang tertangkap, karena mati telah memenuhi panggilan jihad.” berusaha menyimpulkan.
“Pantas saja?” Demang Bintoro menggeleng-gelengkan kepala.
“Jika demikian kesimpulannya sudahlah jelas persoalan ini, Gusti Pangeran.” Ki Sakawarki penuh hormat, “Syekh Siti Jenar beserta pengikutnya harus ditangkap. Mereka telah berani merusak ajaran Islam yang sesungguhnya. Selain telah berani-berani mencampurbaurkan kepentingan politik dengan agama. Sehingga agama dijadikan alat politik dan kekuasaan.”
“Itulah yang terjadi Ki Sakawarki, jika boleh saya berksimpulan.” Pangeran Bayat mengaggukan kepala. “Namun sebelum bertindak saya akan meminta dulu pendapat para wali agung tentang batasan sesat yang disebarluaskan Syekh Siti Jenar. Bagaimana menurut pendapat, Kanjeng Sunan?” tatapan mata Pangeran Bayat menyapu wajah para wali, berhenti pada Sunan Giri, selaku ketua Dewan Wali.
Bersambung…………………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar