Syekh Siti Jenar Menyatu dengan Dzat (Ajal) 18
Februari 23, 2008 oleh herdipamungkasred
Oleh Herdi Pamungkas
“Benar, Syekh.” sejenak Kebo Kenongo merenung.
***
“Syekh, maafkan kami menghadap.” ujar Kebo Benowo dan dua temannya.
“Katakanlah!” Syekh Siti Jenar menatap Kebo Benowo dan teman-temannya.
“Kalau boleh, saya menginginkan ilmu yang Syekh miliki. Namun hendaknya Syekh tidak marah terhadap permintaan saya.” Kebo Benowo dengan nada pelan.
“Jika seandainya saya memiliki ilmu maka tidaklah keberatan untuk memberikan. Sudah sepatutnnya ilmu itu diamalkan.” jawab Syekh Siti Jenar. “Ilmu jika semakin sering diamalkan dan diajarkan maka akan semakin bertambah. Namun sebaliknya jika ilmu itu tidak pernah diamalkan apalagi kikir untuk mengajarkannya, secara perlahan akan hilang dari diri kita. Hendaklah tidak ditukar dengan emas atau uang, apalagi dijual belikan, kalau tidak ingin hilang hakikatnya.” urainya kemudian.
“Ya, Syekh. Jadi kalau begitu saya bisa memohon kepada Syekh untuk diajari ilmu.” Kebo Benowo semeringah kegirangan. “Ternyata Syekh sangatlah baik, berbeda dengan orang-orang yang memiliki ilmu tinggi lainnya. Mereka selalu meminta imbalan, kalau tidak berupa tumbal.”
“Apa yang andika inginkan dari ketidaktahuan saya?” tanya Syekh Siti Jenar.
“Syekh selalu merendah. Saya menginginkan ilmu untuk bertarung, dan ilmu untuk mengubah daun menjadi emas.” ujar Kebo Benowo.
“Bukankah andika sudah jago bertarung? Mengapa mesti saya yang mengajari?” Syekh Siti Jenar membetulkan duduknya. “Untuk apa bisa mengubah daun menjadi emas?”
“Dalam urusan bertarung secara fisik saya bisa. Namun saya masih kalah dengan ilmu Syekh waktu bertarung saat itu.” Kebo Benowo menelan ludah. “Juga jika saya bisa mengubah daun menjadi emasmaka saya akan menjadi orang kaya raya seantero negeri Demak Bintoro.”
“Baiklah, pelajarilah itu.” ujar Syekh Siti Jenar.
“Bagaimana cara mempelajarinya?” tanya Kebo Benowo mengerutkan keningnya.
“Dekatkanlah diri andika pada Sang Pencipta, niscaya apa pun yang andika inginkan akan terkabul. Karena Sang Penciptalah yang memiliki segalanya.” terang Syekh Siti Jenar.
“Caranya itu yang susah, Syekh. Harus bagaimana?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar