Syekh Siti Jenar Menyatu dengan Dzat (Ajal) 34
Maret 18, 2008 oleh herdipamungkasred
Oleh Herdi Pamungkas
“Saya setuju, Ki.” pengemis paruhbaya bangkit. “Jika demikian marilah kita songsong kematian…saya ingin mati!” teriaknya. Selanjutnya diikuti oleh para pengemis lainnya.
Para pengemis bangkit dari duduknnya seraya berjalan-jalan keliling sambil berteriak-teriak menyongsong kematian. Ada juga yang nekad membenturkan kepalanya ke atas batu hingga pecah dan meninggal, ada juga yang terus berjalan menunggu ajal tanpa makan.
“Hahahaha…mungkin itulah yang dimaksud Joyo Dento.” Kebo Benowo mengawasi para pengemis sambil tersenyum.
***
“Hebat andika Joyo Dento.” puji Kebo Benowo seraya menepuk-nepuk bahunya. “Sekarang keadaan negeri Demak Bintoro akan dilanda oleh kekacauan, serta krisis kepercayaan. Itu semua alhasil dari hasutan kita agar masyarakat miskin antipati terhadap penguasa. Benar-benar cerdik daya pemikiran andika, Dento.”
“Itulah yang harus kita ciptakan. Strategi pertama untuk menggoncang keaadaan negara. Setelah ini berhasil dan di dengar beritannya oleh para penguasa negeri Demak Bintoro, maka pertama-tama mereka akan mencari tahu penyebabnya.” ujar Joyo Dento.
“Mungkinkah mereka akan menangkap kita sebagai penghasut?” tanya Loro Gempol.
“Sangat tidak mungkin, Ki.” jawab Joyo Dento yakin.
“Kenapa? Bukankah kita penghasutnya?” timpal Kebo Benowo.
“Karena kita bukan menghasut tapi berbicara berdasarkan kenyataan. Mereka pun tidak mudah menuduh kita sebagi pengasut, dalam menciptakan kekacauan di negeri Demak Bintoro tanpa adanya bukti yang kuat.” terang Joyo Dento.
“Benar juga, Dento.” Kebo Benowo menganggukan kepala.
“Jika keadaan negara sudah kacau balau, rakyat tidak percaya lagi pada penguasa, maka mereka akan sibuk. Dalam keadaan seperti itulah kita mengadakan tindakan.” Joyo Dento mengepalkan tangannya.
“Melakukan kudeta?” celetuk Loro Gempol.
“Apa mungkin kita mampuh menggulingkan kekuasaan Raden Patah?” kerut Kebo Benowo. “Karena kekacauan seperti ini tidak seberaba, jika dibanding dengan kekuatan negara Demak Bintoro yang sesungguhnya. Lalu kita juga harus berkaca, apa mungkin kekuatan kita sudah cukup untuk melakukan penyerangan?”
Bersambung……………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar